Tidak ada produk di keranjang.
Mengenal Lebih Jauh Siger – Mahkota Adat Khas Lampung
Halo Readers! Selamat datang di website kami. Pada artikel kali ini kita akan membahas tentang Siger. Masyarakat Lampung tentunya tidak asing lagi dengan kata Siger.Siger, atau disebut juga Sigokh dalam bahasa Lampung, adalah sebuah karya budaya yang berbentuk mahkota pengantin wanita Lampung berbentuk segitiga berwarna emas. Siger biasanya memiliki cabang lekuk berjumlah tujuh atau sembilan. Jumlah lekuk dapat menunjukkan dari mana asal wilayah Siger tersebut. Pada masyarakat Pepadun, siger yang digunakan berjumlah sembilan lekuk atau biasa disebut sigekh lekuk siwo. Siger pada masyarakat Pepadun ini melambangkan sembilan marga yang terdapat pada Masyarakat Abung. Sementara, masyarakat Saibatin menggunakan Siger yang berlekuk tujuh atau disebut sigekh lekuk pitu. Lekukan ini merupakan lambang dari tujuh gelar dalam masyarakat Saibatin. Siger terbuat dari lempengan tembaga, kuningan, atau logam lain yang dicat dengan warna emas. Siger biasanya digunakan oleh pengantin wanita suku Lampung.
Pada zaman dahulu, Siger dibuat dari emas asli dan dipakai oleh wanita Lampung. Tidak hanya sebagai mahkota pegantin wanita, melainkan sebagai perhiasan yang dipakai sehari-hari. Siger merupakan lambang kejayaan dan kekayaan pada zaman dahulu. Mahkota ini menjadi simbol kehormatan dan status sosial. Siger mengandung konsep nilai feminisme dan ajaran Islam. Hingga sekarang, siger merupakan salah satu identitas dari masyarakat Lampung.
Siger saat ini tidak hanya dipakai sebagai mahkota pengantin wanita adat Lampung. Siger telah dikreasikan ke dalam bentuk budaya dan kerajinan lainnya seperti Kain Tapis dan Batik yang bermotif Siger. Simbol Siger juga dapat ditemukan di menara, tugu, gapura, hingga rumah dan dapat juga berbentuklukisan, logo serta aksesoris seperti gantungan kunci. Lambang Siger juga menjadi ikon Provinsi Lampung yang telah di monumenkan dalam bentuk Menara Siger yang berada tepat di titik 0 km Pulau Sumatera. Bangunan menara Siger ini menjulang tinggi 32 meter di atas ketinggian bukit Gamping yang berdiri di 110 meter atas permukaan laut. Menara siger juga dibangun dengan teknik pembangunan yang menggunakan sistem ferrocement, sehingga diyakini tahan terhadap terpaan angin dan guncangan gempa.
Terdapat berbagai ragam jenis Siger khas Lampung, diantaranya yaitu Siger Tuha, Saibatin, Pepadun, dan Melinting.
- Siger Tuha
Siger Tuha merupakan Siger yang sudah ada dan telah digunakan sejak zaman Hindu-Buddha. Terlihat jelas bentuk Siger Tuha berupa buah sekala dengan hiasan pohon sekala diatasnya. Hal ini menandakan bahwa Siger Tuha menggambarkan tentang sekala. Siger Tuha masih dapat dijumpai karena masih disimpan khususnya pada kesultanan Paksi Pak Sekala Bekhak. Sejatinya Siger Tuha tidak memiliki aturan untuk jumlah lekuk yang digunakan. Siger Tuha hanya boleh dipergunakan untuk keturunan saibatin (bangsawan) atau sama dengan mahkota pada raja-raja.
2. Siger Saibatin
Sesuai dengan namanya, Siger saibatin merupakan Siger yang dimiliki suku lampung dengan adat saibatin. Siger ini memiliki tujuh lekuk dengan hiasan batang atau pohon sekala pada masing-masing lekuknya. Ketujuh lekuk ini menggambarkan makna tujuh gelarmasyarakat pesisir yaitu Suttan, Raja Jukuan, Batin, Radin, Minak, Kimas dan Mas. Gelar ini masih sangat kental dengan nuansa kerajaan sehingga hanya keturunan lurus saja yang dapat menggunakan gelar ini. Jika bukan anak raja tidak berhak untuk menggunakan gelar raja begitu juga dengan gelar lainnya. Bentuk Siger saibatin ini mirip dengan Rumah Gadang Kerajaan Pagaruyung dan Museum Adityawarman di Minangkabau, Sumatera Barat. Kerajaan Pagaruyung memberikan pengaruh besar terhadap adat budaya Lampung Saibatin sehingga berkaitan dengan sejarah terbentuknya Paksi Pak Sekala Bekhak (Buay Pernong, Buay Bejalan Diway, Buay Belunguh dan Buay Nyerupa). Pada masa kerajaan di tanah Sekala Bekhak,Islam masuk ke daerah Lampung karena pengaruh dari kerajaan pagaruyung yang disebarkan oleh Ratu Ngegalang Paksi. Adat saibatin dan adat Pagaruyung memiliki banyak kesamaan seperti saat prosesi pernikahan, tata cara dan alat yang digunakan banyak kemiripan.
3. Siger Pepadun
Siger pepadun merupakan Siger yang memiliki sembilan lekuk dengan arti sembilan marga yang bersatu membentuk Abung Siwo Megou. Abung Siwo Megou terdiri dari Buai nunyai, Buai Unyi, Buai Nuban, Buai Kunang, Buai Selagai, Buai Anak Tuha, Buai Subing, Subing Beliuk dan Buai Nyerupa. Bentuk Siger pepadun sangat mirip dengan buah sekala. Karena kerajaan Sekala Bekhak menjadi cikal bakal ulun Lampung, dan proses terbentuknya Abung Siwo Megou yang merupakan penyebaran orang Lampung dari dataran tinggi Sekala Bekhak di Gunung Pesagi.Dengan berdirinya beberapa kebudayaan dan penyebaran penduduk. Sehingga bukan hanya suku Abung yang menggunakan adat pepadun melainkan suku lain juga dapat menggunakannya, seperti Megou Pak Tulangbawang, Pubian Telu Suku, dan Sungkay-WayKanan Buay Lima.
4. Siger Melinting
Siger Melinting merupakan mahkota mempelai wanita Melinting pesisir Lampung Timur. Selain digunakan sebagai pernikahan, Siger ini juga dikenakan saat upacara adat. Bentuk Siger ini seperti kupiah yang beruji-uji dan terdapat tiang yang menjulang ke atas secara berangkai serta terdapat gantungan jumbai benang berbentuk buah-buah kecil dan terbuat dari kuningan. Ada lima tangkai pada Siger Melinting yang diartikan sebagai tingkatan hidup manusia, yakni mulai dari lahir, remaja, dewasa, menikah, mempunyai keturunan, dan meninggal.
Nah, begitulah asal usul, makna, dan ragam jenis dari Siger Lampung, Mahkota Adat Khas Lampung yang tentunya telah menjadi identitas kebudayaan dari Provinsi Lampung. Sebagai Masyarakat Lampung, tentunya kita harus bangga karena memiliki banyak sekali kebudayaan dan sumber daya alam yang melimpah di Provinsi kita tercinta, yaitu Lampung.